WELCOME TO MY BLOG

Rabu, 21 Desember 2011

Perancangan Media Pembelajaran Alat Ukur Listrik dan Elektronik Menggunakan Slide Powerpoint

BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang
Seorang guru sebaiknya mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola bagi para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikan hendaknya dapat menjadikan motivasi bagi siswanya dalam belajar. Penyelenggaraan pendidikan akan lebih efektif dan efisien apabila para guru memiliki kemampuan mendesain program sekaligus menentukan strategi pembelajaran, memilih, menggunakan metode dan media pengajaran yang tepat untuk diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi.
Dunia pendidikan kita ditandai oleh disparitas antara pencapaian academic standart dan performance standart . Faktanya, banyak peserta didik mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, namun pada kenyataannya mereka tidak memahaminya. Sebagian besar dari peserta didik tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan/dimanfaatkan. Hal tersebut akan membawa akibat peserta didik mempunyai kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana biasa diajarkan kepada mereka dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah. Padahal mereka sangat butuh untuk dapat memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan tempat kerja dan masyarakat pada umumnya dimana mereka akan hidup dan bekerja. Disparitas terjadi karena pembelajaran selama ini hanyalah suatu proses pengkondisian yang tidak menyentuh realitas alami.
Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi sangat tergantung pada kelancaran interaksi komunikasi antara guru dengan siswa. Proses komunikasi selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan majunya ilmu pengetahuan. Pada awalnya manusia hanya mengenal komunikasi melalui suara. Komunikasi semacam ini terbatas pada jarak dekat dan face to face saja. Proses komunikasi ini selalu mengalami kemajuan, terutama sekali semenjak Gutenburg seorang berkebangsaan Jerman pada tahun 1456 menemukan mesin cetak yang masih sederhana. Ia adalah sebagai pelopor timbulnya mesin cetak modern.
Selanjutnya diikuti oleh Samuel F.B. Morse yang telah dapat mengirim berita lewat kawat dari Baltimore ke Washington pada tahun 1844 sehingga lahirlah telegrafi. Pada tahun 1875 untuk pertama kali Alexander Graham Bell telah dapat melakukan percakapan lewat telepon. Komunikasi elektronik telah mengalami kemajuan secara pesat semenjak Guglielmo Marconi tahun 1896 telah dapat mengirim pesan tanpa kawat.  Kemudian sekitar 1919 suara manusia telah dapat disiarkan ke seluruh dunia melalui radio. Berikutnya pada tahun 1930 televisi telah dapat mengirim suara beserta gambar sebagai mana yang kita saksikan sekarang  ini. Dengan ditemukannya radio dan televisi maka lengkaplah alat-alat komunikasi massa, di samping buku-buku dan barang-barang cetakan lainnya.
Manusia memperoleh pengalaman melalui beberapa tingkat yaitu: (1) pengalaman dengan kata-kata, (2) pengganti pengalaman nyata, dan (3) melalui pengalaman nyata. Tingkat pertama dari pengalaman manusia adalah pengalaman melalui kata-kata. Pada tingkat ini kata-kata merupakan alat informasi yang utama. Proses belajar mengajar pada level ini, guru menyampaikan informasi kepada anak didik hanya dengan berbicara (verbalisme). Keterbatasan komunikasi dengan kata-kata sering menimbulkan kesulitan dalam menyampaikan bahan belajar kepada anak didik. Kadang-kadang guru tidak sadar sehingga maju terus dengan kata-kata yang diucapkannya tanpa memperhatikan murid. Hal ini dapat mengakibatkan siswa menjadi pasif, bahkan tidak jarang terjadi murid ”mimpi di siang bolong”, mata dan telinga mengikuti pelajaran, sedangkan ingatan mereka melayang-layang tidak menentu.
Tingkat kedua dari pengalaman manusia adalah pengganti pengalaman nyata. Dalam proses belajar mengajar murid tidak hanya mempelajari hal-hal yang ada sekarang ini tetapi juga peristiwa-peristiwa dimasa lampau. Untuk penyampaian materi yang berasal dari pengalaman nyata dari masa lalu tersebut diperlukan media pengajaran. Atau untuk sesuatu yang besar dan tidak mungkin dihadirkan dikelas, misalnya bencana alam, maka dapat dilakukan dengan memperlihatkan gambar-gambar atau berupa foto ke dalam kelas ataupun berupa video.
Tingkat ketiga dari pengalaman manusia adalah melalui pengalaman nyata. Pengalaman nyata merupakan cara pengajaran yang efektif karena dapat mengikutsertakan semua indera manusia. Siswa akan memperoleh pengertian secara langsung dan ikut berpartisipasi di dalam kegiatan yang sedang dibicarakan. Misalnya dalam menggunakan alat ukur listrik (multimeter), siswa langsung diperlihatkan bagaimana cara mengukur tegangan listrik yang ada pada stop kontak di ruang belajar mereka, dan kemudian memberikan kesempatan kepada mereka untuk mencobanya.

B.    Pengertian Media Pendidikan
Kata media berasal dari bahasa Latin sebagai bentuk jamak dari medium. Batasan mengenai pengertian media sangat luas, namun kita membatasi pada media pendidikan saja yakni media yang digunakan sebagai alat dan bahan kegiatan pembelajaran.
Saat ini para pengelola pendidikan semakin sadar pentingnya media yang membantu pembelajaran, proses kesadaran ini tumbuh secara gradual. Proses perubahan dari pemanfaatan perpustakaan yang menekankan pada penyediaan media cetak, menjadi penyediaan-permintaan dan pemberian layanan secara multi-sensori serta dari beragamnya kemampuan individu untuk menyerap informasi, menjadikan pelayanan yang diberikan menjadi bervariatif dan secara luas. Selain itu,dengan semakin meluasnya kemajuan di bidang komunikasi dan teknologi, serta diketemukannya dinamika proses belajar, maka pelaksanaan kegiatan pembelajaran semakin menuntut media yang bervariasi pula.
Proses belajar adalah proses internal dalam diri manusia maka guru bukanlah merupakan satu-satunya sumber belajar, namun merupakan salah satu komponen dari sumber belajar. AECT (Association for Educational Communication and Technology) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar, yaitu:
1.       Pesan; didalamnya mencakup kurikulum (GBPP) dan mata pelajaran.
2.       Orang; didalamnya mencakup guru, orang tua, tenaga ahli, dan sebagainya.
3.    Bahan; merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan   pembelajaran, seperti buku paket, buku teks, modul, program video, film, OHT (over head transparency), program slide, alat peraga dan sebagainya (biasa disebut software).
4.    Alat; yang dimaksud di sini adalah sarana (piranti, hardware) untuk menyajikan bahan pada butir 3 di atas. Di dalamnya mencakup proyektor OHP, slide, film tape recorder, dan sebagainya.
5.       Teknik; yang dimaksud adalah cara (prosedur) yang digunakan orang dalam memberikan pembelajaran guna tercapai tujuan pembelajaran. Di dalamnya mencakup ceramah, permainan/simulasi, tanya jawab, sosiodrama (roleplay), dan sebagainya.
6.  Latar (setting) atau lingkungan; termasuk didalamnya adalah pengaturan ruang, pencahayaan, dan sebagainya.

Bahan & alat yang kita kenal sebagai software dan hardware tak lain adalah media pendidikan. Pertanyaan yang sering muncul pada guru, seberapa pentingkah media pembelajaran? Kita harus mengetahui dahulu konsep abstrak dan konkrit dalam pembelajaran, karena proses belajar mengajar hakekatnya adalah proses komunikasi, penyampaian pesan dari pengajar ke penerima. Pesan berupa isi/ajaran yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-kata & tulisan) maupun non-verbal, proses ini dinamakan encoding. Penafsiran simbol-simbol komunikasi tersebut oleh siswa dinamakan decoding.
Ada kalanya penafsiran berhasil, adakalanya tidak. Kegagalan/ ketidakberhasilan dalam memahami apa yang didengar, dibaca, dilihat atau diamati akan menghambat proses pembelajaran. Kegagalan/ketidakberhasilan atau penghambat dalam proses komunikasi dikenal dengan istilah barriers atau noise. Semakin banyak verbalisme semakin abstrak pemahaman yang diterima. Lantas dimana fungsi media?

C.    Kontribusi Media dalam pembelajaran
Sejak mulai adanya pendidikan, seseorang mengajar sudah memanfaatkan media. Namun jenis media dari waktu ke waktu terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi, terutama teknologi informasi dan komunikasi. Secara umum media mempunyai kegunaan:
1.       Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
2.       Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.
3.       Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.
4.    Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori & kinestetiknya.
5.    Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan persepsi yang sama.

Selain itu, kontribusi media pembelajaran menurut Kemp and Dayton, 1985:
1.       Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar
2.       Pembelajaran dapat lebih menarik
3.       Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar
4.       Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek
5.       Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
6.       Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan
7.   Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan
8.       Peran guru berubahan kearah yang positif

Karakteristik dan kemampuan masing-masing media perlu diperhatikan oleh guru agar mereka dapat memilih media mana yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Sebagai contoh media kaset audio, merupakan media auditif yang mengajarkan topik-topik pembelajaran yang bersifat verbal seperti pengucapan (pronounciation) bahasa asing. Untuk pengajaran bahasa asing media ini tergolong tepat karena bila secara langsung diberikan tanpa media sering terjadi ketidaktepatan yang akurat dalam pengucapan pengulangan dan sebagainya. Pembuatan media kaset audio ini termasuk mudah, hanya membutuhkan alat perekam dan narasumber yang dapat berbahasa asing, sementara itu pemanfaatannya menggunakan alat yang sama pula. Berikut ini klasifikasi dan jenis media:

KLASIFIKASI
JENIS MEDIA
Media yang tidak diproyeksikan
Realia, model, bahan grafis, display
Media yang diproyeksikan
OHT, Slide, Opaque
Media audio
Audio Kaset, Audio Vission,  aktive Audio Vission
Media video
Video
Media berbasis komputer
Computer Assisted Instructional
(Pembelajaran Berbasis Komputer)
Multimedia kit
Perangkat praktikum


D.   Analisis Singkat Kondisi SMK Negeri 1 Bangkinang
SMK Negeri 1 Bangkinang berdiri pada tahun 1998 dan merupakan sekolah menengah kejuruan negeri yang pertama di kabupaten Kampar. Saat ini sekolah memiliki 7 Kompetensi Keahlian, yaitu: Teknik Kendaraan Ringan, Sepeda Motor, Pemesinan, Audio video, Komputer dan Jaringan, Multimedia, Pendingin dan Tata Udara, dan Teknik Bangunan.  Total jumlah rombongan belajar di sekolah mencapai 35 kelas dari kelas X – XII.
Pada tahun 2008 SMK Negeri 1 Bangkinang ditetapkan sebagai SMK RSBI dan merupakan satu-satunya SMK RSBI di Kabupaten Kampar. Berikut ini adalah potensi yang dimiliki oleh sekolah
a.     Potensi dan Kelemahan dari dalam (Internal)
Sebagai sekolah RSBI, SMK Negeri 1 Bangkinang mempunyai kekuatan (potensi) antara lain :
1.     Mempunyai lahan sekolah yang cukup besar ± 3,5 Ha.
2.     Mempuyai tenaga pengajar (guru) dan tenaga kependidikan ± 120 orang. Semua guru sudah memiliki kualifikasi S1, dan bahkan 6 orang sudah S2 dan 5 orang lagi dalam masa pendidikan S2.
3.     Mempunyai ruang belajar (teori) dan ruang praktek (workshop) yang memadai.
4.     Memiliki 7 kompetensi keahlian.
5.     Jumlah siswa yang cukup besar yaitu 35 kelas (rombel).
6.     Mempunyai fasilitas labor computer dan ruang multimedia.
7.     Mempunyai ± 21 buah LCD Proyektor yang telah dipasang pada ruang teori maupun rungan praktek
8.     Memiliki lingkungan sekolah yang asri.
9.     Daya listrik yang besar untuk mendukung kegiatan operasional sekolah
10.  Telah memiliki akses internet
Dari beberapa potensi dan kekuatan internal yang disebutkan  diatas dapat diketahui bahwa dalam pembelajaran yang dilaksanakan seharusnya lebih meningkat dan efektif, karena sekolah telah dilengkapi dengan fasilitas yang memadai dalam rangka menunjang keberhasilan Pembelajaran terutama dalam hal penggunaan media pembelajaran.
Namun disamping ada kekuatan/potensi dari dalam (internal), juga terdapat beberapa kelemahan-kelemahan yang bersumber dari dalam sendiri, antara lain:
1.   Masih banyak guru dalam mengajar belum menggunakan media yang cocok/sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan.
2.   Sebagian guru masih kurang memanfaatkan media komputer dalam pembelajaran.
3.   Motivasi sebagian guru dalam mempelajari teknologi informasi dan komunikasi belum optimal
4.   Biaya operasional yang masih terbatas

b.     Peluang dan tantangan dari luar (eksternal)
Peluang bagi guru dalam mengembangkan media pembelajaran sangat terbuka sekali mengingat potensi (kekuatan) yang ada antara lain :
1.  Perkembangan ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin cepat terutama perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), mendorong guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam membuat media pembelajaran.
2.   Adanya kerjasama sekolah dengan PPPPTK Medan dalam melaksanakan diklat pengembangan kompetensi guru setiap tahunnya
3.     Perhatian dari pemerintah daerah, propinsi dan pusat terhadap peningkatan kompetensi guru akhir-akhir ini cukup tinggi

Sedangkan tantangan (hambatan) guru dalam pengembangan media pembelajaran adalah :
1.     Penggunaan media pembelajaran terutama yang berhubungan dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) membutuhkan biaya yang cukup besar.
2.     Sebagian guru adalah guru senior yang tidak memiliki basic komputer sehingga cendrung memilih media cetak dan chart dalam pembelajaran.
3.     Sulitnya mengubah kebiasaan guru dalam pelaksanaan pembelajaran, guru cendrung berceramah dan kalau tidak berceramah dianggap belum mengajar.































BAB II
PERANCANGAN PEMBELAJARAN

A.    Mata Pelajaran  Menggunakan Alat Ukur Listrik dan Elektronik
Menggunakan Alat Ukur Listrik dan Elektronik  (MAULE) merupakan mata pelajaran yang penting pada bidang elektronika karena merupakan alat utama dalam melakukan pengukuran, pengujian, dan perbaikan/reparasi alat-alat elektronik. Standar Kompetensi (SK) Menggunakan Alat Ukur Listrik dan Elektronik memiliki beberapa Kompetensi dasar (KD) yaitu Alat Ukur Multimeter, Osiloskop, Function generator, dan Pattern Generator.
Khusus pada perencanaan media pembelajaran ini penulis memilih Kompetensi Dasar “Menggunakan Alat Ukur Multimeter” yang disusun sebagai berikut:
KOMPETENSI DASAR  (KD)
INDIKATOR
MEDIA YANG DIPILIH
ALASAN MEMILIH MEDIA
1. Menggunakan alat ukur Multimeter

1.  Petunjuk pengoperasian multimeter dibaca dan dipahami dengan baik
2.  Multimeter diatur pada range dan pilihan pengukuran sesuai dengan                 keperluan pengukuran yang akan dilakukan
3.  Multimeter digunakan sesuai dengan  petunjuk pengoperasian       
4.  Aspek-aspek keamaan dilakukan sesuai dengan petunjuk kerja
1.   Software MO Powerpoint
2.   Presentase menggunakan LCD Proyektor

1.    Menarik perhatian siswa
2.    Sekolah sudah mempunyai peralatan Multimedia seperti Laptop, LCD Proyektor
3.    Materi yang disampaikan banyak berupa gambar (visual).
4.    Menggunakan alat secara langsung pada saat pembelajaran dapat mengakibatkan tingginya tingkat kerusakan alat akibat kesalahan pengukuran.


Pembelajaran MAULE menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa, baik dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotor, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
MENGGUNAKAN ALAT UKUR LISTRIK DAN ELEKTRONIK
Kognitif
Afektif
Psikomotor
Ø Berhubungan dengan fungsi multimeter sebagai Ampere meter, Volt meter, dan Ohm meter.
Ø Jenis dan kelas multimeter
Ø Mengetahui penggunaan batas ukur/range
Ø Teliti dalam pengoperasian Multimeter sesuai petunjuk penggunaan
Ø Cermat dalam pengoperasian Multimeter sesuai dengan petunjuk penggunaan

Ø  Mengoperasikan Multimeter sesuai dengan prosedur
Ø  Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pengguna maupun alat

B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Sebelum melaksanakan pembelajaran perlu disusun RPP agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada halaman berikut

















RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Program Keahlian          :  Teknik Elektronika
Kompetensi Keahlian     :  Teknik Audio Video
Mata Pelajaran              :  Menggunakan Alat Ukur Listrik dan Elektronik
                        Kelas / Semester           :  X / 1
Pertemuan Ke               :  1
Alokasi waktu                :  3 x 45 menit


Standar Kompetensi      : Menggunakan Alat Ukur Listrik dan Elektronik
Kompetensi Dasar         : Menggunakan Alat Ukur Multimeter
Indikator                       :1. Petunjuk pengoperasian multimeter dibaca dan dipahami dengan baik
               2. Multimeter diatur pada range dan pilihan pengukuran sesuai dengan                 
                   keperluan pengukuran yang akan dilakukan
                       

I. Tujuan Pembelajaran             :                     
Setelah melakukan proses pembelajaran menggunakan alat ukur listrik dan elektronik siswa diharapkan mampu:
1.    Menyebutkan dan memahami fungsi Multimeter
2.    Mengetahui konfigurasi Multimeter
3.    Mengetahui, memahami dan membuktikan fungsi dari masing-masing   bagian yang terdapat pada Multimeter.
4.    Mengkalibrasi Multimeter
5.    Batas ukur/range untuk mengukur tegangan, tahanan, dan arus listrik

II. Materi Ajar                            :
1.      Fungsi alat ukur Multimeter
2.      Konfigurasi Multimeter
3.      Fungsi masing-masing bagian Multimeter
4.      Kalibrasi
5.      Batas ukur/range Multimeter

III.Metode Pengajaran               :
  1. Ceramah dengan Slide Powerpoint
  2. Demonstrasi
  3. Praktek (kooperatif)
  4. Tanya-jawab dan diskusi

IV. Langkah Pembelajaran        
A. Kegiatan Awal                   :
·      Pengkoordinasian kelas
·      Menyampaikan tujuan pembelajaran
·      Motivasi siswa
B. Kegiatan Inti                      :
MATERI PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
ALAT BANTU
1.    Fungsi alat ukur Multimeter




2.    Konfigurasi Multimeter


3.    Fungsi masing-masing bagian Multimeter




4.    Mengkalibrasi Multimeter








5.    Batas ukur/range untuk mengukur tegangan, tahanan, dan arus listrik

1.    Menggali pengetahuan awal siswa tentang alat ukur Multimeter
2.    Menyimpulkan (dan menambahkan) fungsi Multimeter berdasarkan jawaban-jawaban yang diberikan siswa.
3.    Memperlihatkan konfigurasi Multimeter dan mengidentifikasi bagian-bagian multimeter
4.    Simbol-simbol alat ukur
5.    Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeluarkan pendapatnya tentang fungsi bagian-bagian yang terdapat pada Multimeter
6.    Mempraktekkan fungsi bagian-bagian multimeter
7.    Langkah-langkah mengkalibrasi Multimeter (Ohm meter, Volt meter, Ampere meter)
8.    Membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang
9.    Meminta seluruh kelompok untuk melakukan kalibrasi pada multimeter mereka masing-masing.
10. Guru berkeliling kelas untuk mengamati/mengawasi pekerjaan siswa
11. Guru mengarahkan siswa untuk dapat mengetahui pemilihan batas ukur/range dalam melakukan pengukuran besaran listrik

Alat ukur Multimeter
Proyektor










C. Kegiatan Akhir                               :
·       Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
·       Mereview pelajaran
·       Menginformasikan materi untuk pertemuan berikutnya
        
V. Sumber dan Media Belajar               :
·  Laptop
·  Proyektor
·  Modul alat Ukur
·  Alat Ukur Multimeter
·  Sumber-Sumber lain           

VI.   Penilaian                           :
1.      Pelaksanaan praktek
2.      Tes tertulis (tes formatif)







Soal Tes Formatif 1


A.  Berilah tanda silang pada butir; a, b, c, d, atau e untuk pernyataan yang Anda anggap benar (bobot nilai = 1)

1.   Multimeter adalah piranti ukur yang dapat digunakan untuk mengukur :
a)      Tegangan listrik.
b)      Kuat arus listrik.
c)      Tegangan listrik dan kuat arus listrik.
d)      Tegangan listrik, kuat arus listrik, tahanan/resistan (resistance) listrik.
e)      Tegangan listrik, kuat arus listrik, tahanan/resistan (resistance) listrik, dan tahanan/resistan (resistance) listrik yang terdapat pada komponen pasif dan aktif.

2.   Besaran listrik terdiri dari :
a)      Tegangan (dalam satuan Volt), kuat arus (dalam satuan Ampere), tahanan/resistan (dalam satuan Ohm).
b)      Tegangan, kuat arus, tahanan/resistan (resistance) , kapasitas kapasitor.
c)      Tegangan dan kuat arus.
d)      Tegangan, kuat arus, tahanan/resistan (resistance)  dan desibel.


B.  Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas (bobot nilai 1).

3.   Saklar jangkauan ukur pada posisi DCV, kedua ujung kabel penyidik (probes) dipertemukan, jarum penunjuk papan skala tidak bergerak, kenapa?

4.   Buktikan bahwa baterai tipe UM-3 yang ada di bagian dalam Multimeter disambung secara seri dengan lubang kabel penyidik (probes).

5.   Bagaimana seharusnya posisi saklar jangkauan ukur dan batas ukur (range) jika kita ingin mengukur besaran listrik.

6.   Apa yang terjadi jika batas ukur (range) yang digunakan tidak sesuai dengan besaran listrik yang akan diukur.

7.   Pada papan skala terdapat.

8.   Buktikan bahwa pada Multimeter dengan kriteria kepekaan 20k/v akan menarik arus sebesar 50 mikro-Ampere (50 mA) untuk alat pengukur (meter) dan akan menarik arus maksimal 50 mA dari rangkaian yang diukur.
9.   Buktikan bahwa tombol pengatur jarum pada posisi angka nol (zero adjustment) sangat berperan penting dalam ketepatan pembacaan hasil pengukuran nilai tahanan (resistance) .

10.Uraikan kegunaan sekrup pengatur posisi jarum (preset).

Kunci Jawaban

1.    e.
2.    a
3.   Karena kedua kabel penyidik (probes) tidak dalam posisi tersambung seri dengan baterai yang ada di dalam Multimeter.
4.   Saklar jangkauan ukur diletakkan pada posisi W, atau kW. Kedua kabel penyidik (probes) dimasukkan ke lubang kabel penyidik, ujung kedua kabel penyidik (probes) disatukan. Jarum akan bergerak karena terjadi hubungan seri antara baterai yang ada di dalam Multimeter dengan kedua kabel penyidik (probes).
5.   Posisi saklar jangkauan ukur harus sesuai dengan besaran listrik yang akan diukur,dan batas ukur (range) harus berada pada posisi yang lebih tinggi dari nilai besaran listrik yang akan diukur.
6.   Multimeter tidak akan bekerja dan dapat rusak.
7.   Angka-angka skala untuk tegangan (ACV/DCV), kuat arus (DCmA), dan tahanan/resistan (W).
8.   (20 kW/v à I = E/R = 1/20.000 = ½ x 10-4A = 0,05mA = 50 mA). Multimeter menggunakan arus sebesar 50 mikro-Ampere (50 mA) untuk alat pengukur (meter) dan akan menarik arus maksimal 50 mA dari rangkaian yang diukur.
9.   Sebelum mengukur nilai tahanan (resistance), kedua ujung kabel penyidik (probes) disatukan, tombol pengatur posisi jarum pada angka nol (zero adjustment) diputar-putar untuk menempatkan jarum tepat pada posisi angka nol.
10.Sekrup pengatur posisi jarum (preset) digunakan untuk memosisikan jarum pada angka nol sebelum Multimeter digunakan.





 
Bangkinang,  Juli 2011
Mengetahui                                                                               Guru mata pelajaran
            Kepala Sekolah                                                                                                                                    


(.................................)                                                             ABDULLAH TAUFIK, S.Pd
                                                                                                            NIP: 19751225 2000 1 001
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Program Keahlian          :  Teknik Elektronika
Kompetensi Keahlian     :  Teknik Audio Video
Mata Pelajaran              :  Menggunakan Alat Ukur Listrik dan Elektronik
                        Kelas / Semester           :  X / 1
Pertemuan Ke               :  2 dan 3
Alokasi waktu                :  6 x 45 menit


Standar Kompetensi      : Menggunakan Alat Ukur Listrik dan Elektronik
Kompetensi Dasar         : Menggunakan Alat Ukur Multimeter
Indikator                       : 3. Multimeter digunakan sesuai dengan  petunjuk pengoperasian  
                                      4. Aspek-aspek keamaan dilakukan sesuai dengan petunjuk kerja      
 
                       
I. Tujuan Pembelajaran             :                     
Setelah melakukan proses pembelajaran menggunakan alat ukur listrik dan elektronik siswa diharapkan mampu:
6.    Menggunakan Multimeter untuk pengukuran tegangan listrik AC dan DC sesuai dengan standar prosedur operasi
7.    Menggunakan Multimeter untuk pengukuran tahanan sesuai dengan standar prosedur operasi
8.    Menggunakan Multimeter untuk pengukuran arus listrik DC sesuai dengan standar prosedur operasi.
9.    Mengetahui aspek keamanan yang perlu dilakukan pada saat pengoperasian Multimeter

II. Materi Ajar                            :
6.      Pembacaan skala pada alat ukur Multimeter
7.      Langkah-langkah melakukan pengukuran tegangan AC
8.      Langkah-langkah melakukan pengukuran tegangan DC
9.      Langkah-langkah melakukan pengukuran tahanan
10.   Langkah-langkah melakukan pengukuran arus DC
11.   Aspek keamanan Multimeter

III. Metode Pengajaran              :
  1. Ceramah dengan Slide Powerpoint
  2. Demonstrasi
  3. Praktek (Kooperatif Learning)
  4. Tanya-jawab dan diskusi

IV. Langkah Pembelajaran        
A. Kegiatan Awal                   :
·      Pengkoordinasian kelas
·      Menyampaikan tujuan pembelajaran
·      Motivasi siswa
B. Kegiatan Inti                      :
Pertemuan ke-2
MATERI PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
MEDIA
1.    Cara membaca penunjukan jarum pada skala Multimeter
2.    Langkah-langkah melakukan pengukuran tegangan AC
3.    Langkah-langkah melakukan pengukuran tegangan DC
4.    Langkah-langkah melakukan pengukuran tahanan
5.    Langkah-langkah melakukan pengukuran tegangan AC
6.    Aspek keamanan






12.  Menyampaikan dan mendemonstrasikan cara membaca penunjukan jarum pada skala Multimeter
13.  Menyampaikan dan mendemostrasikan langkah-langkah/ procedure menggunakan alat ukur Multimeter untuk mengukur:
  1. Tegangan listrik AC
  2. Tegangan listrik DC
  3. Tahanan listrik
  4. Arus listrik DC
14.  Mendemostrasikan persiapan awal, langkah-langkah, dan  pembacaan  alat ukur multimeter
15.  Mengarahkan siswa yang telah memahami cara penggunaan dan pembacaan alat ukur: multitester, untuk mendemostrasikannya di depan kelas
16.  Aspek keamanan yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian serta perawatan multimeter
Proyektor
Alat ukur Multimeter
Battery
Transformator
Resistor tetap
Projectboard
Power supply
Kabel











Pertemuan ke-3
MATERI PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
MEDIA
1.    Pengoperasian Multimeter


1.   Membagi siswa dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 - 5 orang siswa.
2.   Menugaskan siswa untuk melakukan praktek sesuai dengan job sheet yang telah disediakan
3.   Guru berkeliling mengamati dan mengawasi pelaksanaan praktek
4.   Siswa mengumpulkan hasil laporan sementara dalam bentuk tabel hasil pengukuran, per kelompok
5.   Tanya jawab tentang pengalaman siswa melaksanakan praktek.
6.   Mengevaluasi hasil pengukuran
Proyektor
Alat ukur Multimeter
Battery
Transformator
Resistor tetap
Projectboard
Power supply
Kabel








C. Kegiatan Akhir                               :
·       Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
·       Mereview pelajaran
·       Menginformasikan materi untuk pertemuan berikutnya
        
V. Sumber dan Media Belajar               :
·  Laptop
·  Proyektor
·  Modul alat Ukur
·  Alat Ukur
·  Resistor
·  Transformator
·  Power supply
·  projectboard
·  Sumber-Sumber lain           
VI. Penilaian                             :

 

3.      Pelaksanaan praktek
4.      Tes tertulis (tes formatif)

 

Soal Tes Formatif 2


1.      Dengan Multimeter yang memiliki batas ukur (range); 10-50-250-500, dan 1000 DCV/ACV, Anda ditugaskan mengukur tegangan listrik bolak-balik pada jala/jaringan listrik dari PLN yang ada di sekolah Anda. Langkah-langkah pengukuran yang harus Anda lakukan adalah.

2.      Dengan alat yang sama seperti pada butir 1, Anda ditugaskan mengukur ACV 9 Volt yang dihasilkan oleh gulungan skunder dari sebuah transformator penyesuai tegangan (transformator adaptor). Uraikan langkah-langkah pengukuran yang Anda lakukan.

3.      Masih dengan alat yang sama seperti pada butir 1, Anda ditugaskan mengukur DCV 6 Volt yang dihasilkan oleh sebuah catu daya (power supply). Langkah-langkah pengukuran yang harus Anda lakukan adalah.

4.      Uraikan langkah kerja dalam mengukur resistor!
5.      Kuat arus listrik dinyatakan dalam satuan....
6.      Apa kaitan tegangan listrik dengan arus listrik?
7.      Bagaimana posisi Multimeter (yang berfungsi sebagai Ampere-meter) dalam mengukur kuat arus?
8.      Saklar jangkauan ukur pada posisi DCmA, batas ukur (range) pada posisi 25, hasil pengukuran dibaca pada skala?
9.      ACV/DCV, A dan Ω pada papan skala menunjukkan.....
10.   Bila kita tidak mengetahui sama sekali besarnya nilai tegangan yang akan diukur maka sebaiknya posisi sakelar pilih berada pada posisi/range.....




Jawaban

1.      Langkah-langkah pengukuran yang harus dilakukan :
a.    Letakkan saklar jangkauan ukur pada batas ukur (range) 250 ACV.
b.    Masukkan kedua kabel penyidik (probes) ke terminal ACV dari jala/jaringan PLN.
c.    Baca hasil pengukuran pada papan skala 0-250 ACV.
2.      Langkah pengukuran :
a.    Letakkan saklar jangkauan ukur pada batas ukur (range) 10 ACV.
b.    Letakkan kedua kabel penyidik (probes) ke terminal 0 dan 9V yang ada pada gulungan skunder transformator.
c.    Baca hasil pengukuran pada papan skala 0-10 ACV.
3.      Langkah pengukuran :
a.    Letakkan saklar jangkauan ukur pada batas ukur (range) 10 DCV
b.    Letakkan kabel penyidik (probes) positip (+) ke terminal positip output catu daya (power supply) dan kabel penyidik (probes) negatip (-) ke terminal negatip output catu daya.
c.    Baca hasil pengukuran pada papan skala 0-10 DCV.
4.      Langkah-langkah pengukuran resistor dan variabel resistor
a.    Masukkan kabel penyidik (probes) warna merah ke lubang kabel penyidik yang bertanda positip (+), kabel penyidik (probes) warna hitam ke lubang kabel penyidik yang bertanda negatip (-).
b.    Jika diperlukan, menggunakan sekrup pengatur posisi jarum (preset), atur posisi jarum pada papan skala sehingga berada pada posisi angka nol.
c.    Atur saklar jangkauan ukur  pada posisi W.
d.    Batas ukur (range) pada posisi x1, x10 atau kW, tergantung dari nilai resistor yang akan diukur.
e.    Ujung dari kedua kabel penyidik (probes) dipertemukan.
f.     Menggunakan tombol pengatur posisi jarum pada angka nol (zero adjustment), atur posisi jarum pada papan skala hingga menunjukkan angka nol.
g.    Letakkan secara sembarang (acak) kedua ujung kabel penyidik (probes) pada kaki komponen yang akan diukur.
h.    Jarum pada papan skala bergerak ke kanan menunjukkan nilai satuan Ohm yang sama (atau mendekati) dengan nilai satuan Ohm dari resistor berdasarkan pita warna, artinya : resistor masih baik dan dapat digunakan.
i.     Bandingkan hasil pengukuran dengan nilai resistor berdasarkan pita warna yang ada di badan resistor tersebut.
  1. Ampere
  2. Arus listrik yang mengalir (I) berinteraksi dengan tahanan/resistan (R) akan menghasilkan tegangan. Mengikuti hukum Ohm : V = I x R .......Volt.
  3. Posisi Multimeter sebagai Ampere-meter terhubung seri/deret dengan objek yang akan diukur.
  4. 0 – 250 DCV, A.
  5. Kode papan skala untuk pembacaan hasil pengukuran tegangan, arus dan tahanan
10.   Pada posisi range yang tertinggi dari batas ukur






 
Bangkinang,  Juli 2011
Mengetahui                                                                               Guru mata pelajaran
            Kepala Sekolah                                                                                                                                    





(.................................)                                                             ABDULLAH TAUFIK, S.Pd
                                                                                                            NIP: 19751225 2000 1 001










C.  MODEL DESAIN SYSTEM PEMBELAJARAN
Menurut Morrison, Ross dan Kemp (2001) model desain sistem pembelajaran ini akan membantu anda  -sebagai perancang program atau kegiatan pembelajaran- dalam memahami kerangka teori yang lebih baik dan menerapkan teori tersebut untuk menciptakan aktifitas pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.
Model desain pembelajaran yang akan digunakan adalah yang berorientasi kelas (Classrooms Oriented Model). Model ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan para guru dan siswa akan aktifitas pembelajaran yang efektif dan efisien. Penggunaan model ini didasarkan pada asumsi adanya sejumlah aktifitas pembelajaran yang akan diselenggarakan di dalam kelas dengan waktu belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Para guru biasanya menganggap bahwa model desain classrooms oriented ini pada dasarnya berisi langkah-langkah atau prosedur yang harus diikuti oleh siswa.
Model ini cocok dengan perancangan media pembelajaran dengan materi menggunakan alat ukur listrik dan elektronik yang dalam pengoperasiannya terdiri atas langkah-langkah atau prosedur yang harus diiukti oleh pengguna. Untuk menciptakan sebuah aktifitas pembelajaran yang efektif diperlukan adanya sebuah perencanaan atau desain yang baik. Demikian pulan dengan aktifitas belajar yang menggunakan media dan teknologi . Sharon E Smaldino, Jamed D Russel, Robert Heinich, dan Michael Molenda mengemukakan sebuah model desain yang diberi nama ASSURE.
ANALYZE LEANER (Menganalisis Peserta Didik)
Sebelum melaksanakan sebuah pembelajaran, menganalisis karakteristik siswa adalah hal yang wajib dilakukan. Menurut Smaldino, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
  1. Karakteristik Umum
Agar dapat benar-benar memenuhi kebutuhan individu siswa, kita mesti benar-benar paham karakter umum siswa yang mempengaruhi proses belajar mereka. Karakter ini berkisar dari variabel-variabel yang konstan, seperti jenis kelamin dan etnis, sampai dengan variabel yang beragam secara reguler, seperti sikap dan minat.
  1. Spesifikasi Kemampuan Awal
Menggunakan alat ukur listrik dan elektronik  adalah pelajaran yang belum pernah dipelajari oleh siswa waktu SMP. Oleh karena itu materi pelajaran harus dimulai dari awal atau dengan kata lain dianggap siswa belum mengetahui sama sekali tentang alat ukur Multimeter
  1. Gaya Belajar
Untuk kelas besar yaitu berkisar lebih kurang 32 orang, tentulah mempunyai gaya belajar yang beragam. Namun secara umum siswa memiliki kecendrungan untuk belajar dengan menggunakan media visual.

STATE OBJECTIVES ( Merumuskan Tujuan Pembelajaran)
Perumusan tujuan berkaitan dengan apa yang ingin dicapai, dalam hal ini dapat dibuat suatu rencana pembelajaran.
1. Petunjuk pengoperasian multimeter dibaca dan dipahami dengan baik
2. Multimeter diatur pada range dan pilihan pengukuran sesuai dengan keperluan pengukuran yang akan dilakukan
3. Multimeter digunakan sesuai dengan  petunjuk pengoperasian       
4. Aspek-aspek keamanan dilakukan sesuai dengan petunjuk kerja

Lingkup Materi Menggunakan alat ukur listrik dan elektronik:
1.     Konfigurasi Multimeter
2.     Pengaturan batas ukur/range sesuai dengan keperluan pengukuran
3.     Langkah-langkah/prosedur pengoperasian Multimeter
4.     Aspek keamanan

SELECT METHODS, MEDIA AND MATERIAL (Memilih metode, media dan bahan ajar)
Memilih strategi; dalam pembelajaran ini strategi yang dipilih adalah strategi  pembelajaran kooperatif, dimana dalam hal ini mereka akan dikelompokkan dalam jumlah kecil, sekitar 4-5 orang per kelompok.
Memilih teknologi dan media; setelah melihat kondisi lapangan, mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan dari media, maka dipilih media software presentasi dengan menggunakan powerpoint sebagai penyampai materi pembelajaran. Hal ini juga sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu memaksimalkan kemampuan siswa dalam menggunakan teknologi (alat ukur).
Memilih, memodifikasi atau merancang bahan ajar; dalam merancang bahan ajar diperlukan kreatifitas guru sehingga materi tersebut sesuai dengan tujuan dan karakteristik siswa. Dalam hal ini saya merancang bahan ajar dengan mengumpulkan materi dari berbagai sumber seperti buku teks, internet, dan juga melalui pemotretan alat ukur sesuai dengan alat yang akan mereka gunakan nantinya.

UTILIZE MEDIA AND MATERIALS  (Memanfaatkan media dan bahan ajar)
Ada lima langkah yang dilakukan dalam memanfaatkan media pembelajaran;
1.   Tinjaulah Teknologi, Media, dan Bahan Ajar
Media software powerpoint merupakan salah satu metode dalam memodifikasi bahan ajar, dengan menggunakan gambar, warna yang menarik diharapkan siswa menjadi lebih tertarik untuk belajar.

2.   Siapkan Teknologi, Media, dan Bahan Ajar
Setelah media yang akan digunakan dipilih, tugas selanjutnya adalah merancang atau mempersiapkan media tersebut. Berikut adalah tahapan dalam perancangan media software presentasi;
Ø Tahap Perencanaan atau perancangan
Setelah ditentukan bahwa yang akan diperesentasikan adalah mengenai materi konfigurasi alat ukur, langkah-langkah mengoperasikan alat ukur selanjutnya mempersiapkan bahan pendukung seberti gambar, desain, dan animasi. Smaldino dkk, dalam bab 3 tentang prinsip-prinsip merancang materi visual melalui power point mengurutkan sebagai berikut:
a.   Secara cermat pilihlah jenis huruf, ukuran dan warna yang sesuai. Jenis huruf Arial yang mudah dibaca. Ukuran huruf 24 atau lebih menjamin keterbacaan. Warna huruf sebaiknya contras dengan latar belakang. Gunakan huruf besar semua atau kecil semua dengan tepat
b.   Gunakan latar belakang yang polos dan berwarna terang. Sebagian besar orang mendapati bahwa teks gelap pada latar belakang yang terang  lebih mudah dibaca ketimbang teks yang terang pada latar belakang yang gelap.
c.    Letakkan judul pada bagian tengah atas slide.
d.   Gunakan komunikasi yang singkat, gunakan kata pada slide seminimum mungkin. Jika perlu kata lebih banyak lagi gunakan slide berikutnya.
e.   Gunakan sebuah template untuk membuat sebuah format visual yang konsisten
f.     Kurangi “lonceng dan peluit”, konten harus substantif daripada fitur-fitur yang bagus tapi akan mengakibatkan perhatian siswa lebih ke fiturnya
g.   Gunakan gambar yang sesuai
h.   Gunakan transisi atau proses bergantinya slide ke slide berikutnya dengan  konsisten, dan hindari “suara berisik” (efek audio) dengan transisi.
i.     Gunakan “bangunan” sederhana. Efek bangunan merupakan bagaimana teks atau gambar diperkenalkan dalam satu slide.
j.     Jangan terlalu berlebihan dalam menggunakan efek animasi
k.    Gunakan suara hanya jika bisa meningkatkan presentasi anda
l.     Dapat juga menggunakan catatan kaki untuk mengidentifikasi slide

Ø Tahap Pelaksanaan
a.   Membuka aplikasi Microsoft PowerPoint
b.   Memilih template atau background
c.    Mengamati gambar dengan seksama serta mengindentifikasi proses atau bagian- bagai dari gambar yang perlu diketahui oleh siswa
d.   Mulai menuliskan materi, namun diingat bahwa slide yang dibuat harus runtut.
e.   Memilih warna background dan warna tulisan yang tepat, sehingga dalam penyampaian slide yang ditampilkan terlihat dengan jelas.
f.     Menggunakan efek animasi yang serasi dan indah, sehingga pembelajaran jadi menarik.
g.   Mengecek ulang apakah ada kesalahan letak atau pemberian efek animasi yang tidak sesuai.

Ø Tahap akhir
Setelah membuat slide presentasi maka hasil akhirnya dapat dilihat dengan menggunkan slide show yang merupakan hasil keselurahan presentasi. Disini akan terlihat animasi yang dimainkan. Dalam pembelajaran dikelas nantinya akan diproyeksikan kelayar denagn menggunakan LCD Proyektor.

3.   Siapkan Lingkungan
Menyiapkan lingkungan merupakan hal penting dilakukan, karena secanggih apapun media yang digunakan namun lingkungan tidak mendukung maka tetap saja media tersebut tidak efektif digunakan.
Menggunakan software presentasi berarti lingkungan yang dipersiapkan adalah; ketersediaan listrik, pencahayaan ruangan, kebersihan layar atau papan tulis yang akan digunakan nantinya dalam memproyeksikan menggunakan LCD Proyektor, dan faktor lain seperti suara dari luar ruangan yang akan menganggu proses pembelajaran apalagi jika presentasi menggunakan efek suara. Oleh sebab itu kondisi lingkungan merupakan hal yang penting untuk disiapkan
4.   Siapkan Siswa
Kesiapan siswa tentulah hal yang sangat harus diperhatikan, karena dengan keadaan siswa yang siap maka pembelajaran dapat dilakukan dengan efektif dan tujuan pembelajaran tercapai. Dalam hal ini siswa perlu diberitahu bahwa dalam pembelajaran meraka akan menggunakan software presentasi, diharapkan mereka siap dan dapat mengatur tempat duduknya, sehingga presentasi dapat terlihat jelas oleh mereka.
5.   Berikan Pengalaman Belajar
Setelah semua disiapkan maka langkah terakhir adalah menyampaikan materi atau memberikan pengalaman belajar. Karena strategi yang dipilih adalah Kooperatif maka keterlibatan aktif dari siswa adalah hal yang diperlukan.

REQUIRE LEARNER PARTICIPATION (Mengembangkan peran peserta didik)
Dalam mengaktifkan pelajar di proses pembelajaran tentulah memerlukan sentuhan psikologis. Dan pada mata pelajaran alat ukur listrik dan elektronik teori belajar yang digunakan adalah pendekatan konstruktivisme. Dimana dengan pendekatan konstruktivisme siswa dapat mengkonstruk sendiri materi yang dipelajari, sehingga dapat bertahan lama dikepala mereka.  Pendekatan sosial dalam kelompok berarti tanggapan yang diberikan pengajar atau teman dalam proses pembelajaran dapat dijadikan sebagai ajang untuk mengoreksi segala informasi yang telah diterima dan juga sebagai support secara emosional.

EVALUATE AND REVIEW (Menilai dan Memperbaiki)
Hal terakhir yang dilakukan dalam proses pembelajaran adalah mengevaluasi serta merevisi pembelajaran yang diadakan, baik dari ketercapaian materi dilihat dari pencapaian siswa maupun dari keefektifan penggunaan media.
Mengukur pencapaian siswa biasanya dilakukan dengan menggunakan test atau ujian, dan dari portofolio mereka secara individu. Dalam mengevaluasi keefektifan media dapat dilakukan dengan diskusi atau interview dengan siswa apakah mereka merasa puas dan tersampaikan apa yang mereka harapkan dengan media ini?. Dari tanggapan mereka maka akan dapat ditarik kesimpulan apakah media ini perlu dimodifikasi atau diperbaiki sehingga materi benar-benar tersampaikan sesuai dengan tujuan pembelajaran.



BAB III
PENUTUP


KESIMPULAN
Media merupakan sarana komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan pesan atau memudahkan komunikasi dan belajar. Sebuah format media merupakan bentuk fisik yang didalamnya pesan disertakan dan ditampilkan. Format media dapat berupa teks, audio, visual, multimedia komputer yang masing-masingnya memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga dibutuhkan kejelian guru dalam memutuskan media apa yang akan digunakan dalam pembelajaran.
Penggunaan media dalam proses pembelajaran merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan, karena media sebagai penyampai pesan sehingga siswa dapat menerima pembelajaran dengan efektif. Dalam perencanaan media pembelajaran, dimulai dari analisis situasi sekolah dan analisis siswa untuk dapat membuat dan merencanakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan.





























DAFTAR PUSTAKA

AECT (1976) Evaluating Media /rograms District and School, Washington, D. C. : The Association.

Anderson, H Renald (1994) Pemilihan  dan Pengembangan Media Untuk Pembelajaran, Jakarta : CV Rajawali.

Miarso, Yusufhadi. dkk. (1986) “Media Pendidikan”. Dalam Miarso, Yusufhadi dkk. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.

Pribadi, Benny A (2009) Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:Dian Rakyat

Rahardjo, R. 1986. “Media Pembelajaran”. Dalam Miarso, Yusufhadi dkk. 1986. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.

Rusyan, A. Tabrani dan Daryani, Yani. 1993. Penuntun Belajar yang Sukses. Jakarta: Nine Karya.

Smaldino, Sharon E, james D. Russel & Robert Heinich. 2005 Instructional Technology and Media for Learning 8th Ed. New Jersey: Perason Merrill Prentice Hall.

Warsihna, Jaka. Modul Pembuatan Media Video. (2009) Pustekkom